Breaking News
Loading...
Jumat, 12 Juni 2015



ABSTRACT

Lubricating oil is a liquid used as lubricant in an engine to reduce wear caused by friction, and coolant as well as silencers, but high temperatures will damage its lubricity. If the lubricating power decreases, the friction will increase and subsequently more heat produced so the temperature continues to rise. There are many lubricant types on the market. Therefore, a research on the relationship between the type of lubricant and the main engine temperature had been made to compare three types of lubricants which can maintain good temperature. For MS lubricant, the temperature in cylinder head is relatively stable with no significant temperature changes, the temperature of cylinder block increases in the mid-time of observation but at the end the block temperature decreases from 63°C to 62°C, while the lubricating oil temperature is relatively stable despite in the hour-4 experiences an increase by 4°C, but at the end of the observation the temperature decreases back to its initial temperature of 50°C. For JD lubricant type, the temperature in the cylinder head relatively fluctuates although in the last hour it backs to its initial temperature. The temperature of the cylinder block increases until the last hour, while the temperature of lubricating oil is relatively stable even in the 4th hour experiences raising by 5°C but at the end of the observation it backs to the initial temperature of 55°C. For CS lubricant type, the temperature at the head is relatively stable even though there is an increase at fifth hour but at the end of the observation it backs to its initial temperature. In the block the temperature decreases which does not occur in other types of lubricant, while the lubricating oil temperature is relatively stable even though in the hour-5 experiences an increase by 4°C but at the end of the observation it returns to its initial temperature of 50°C.




  


iv
 
 


ABSTRAK



Minyak pelumas adalah zat cair yang digunakan sebagai pelumas dalam suatu mesin untuk mengurangi keausan akibat gesekan, dan sebagai pendingin serta peredam suara, akan tetapi suhu yang tinggi pada mesin akan merusak daya lumas. Apabila daya lumas berkurang, maka gesekan akan bertambah dan selanjutnya panas yang timbul akan semakin banyak sehingga suhu terus meningkat. Berbagai jenis pelumas banyak dipasarkan. Oleh karena itu dilakukan penelitian tentang hubungan jenis pelumas dengan suhu mesin untuk membandingkan jenis pelumas mana yang dapat mempertahankan suhu mesin dengan baik dengan mengggunakan 3 jenis pelumas yang berbeda pada sebuah mesin induk. Untuk jenis pelumas MS, suhu pada kepala silinder relatif stabil dengan tidak mengalami perubahan suhu yang signifikan, pada blok silinder suhu mengalami perubahan pada pertengahan waktu tetapi pada akhir pencatatan suhu blok silinder mengalami penurunan suhu dari awal 63°C ke 62°C sedangkan pada suhu minyak pelumas relatif stabil walaupun di jam ke-4 mengalami penaikan suhu sebanyak 4°C, tetapi di akhir pencatatan suhu kembali ke awal menjadi 50°C. Untuk pelumas jenis JD, suhu pada kepala silinder relatif naik turun walaupun di jam terakhir kembali pada suhu awal. Pada blok silinder suhu mengalami kenaikan suhu sampai di jam terakhir sedangkan pada suhu minyak pelumas relatif stabil walaupun di jam ke-4 mengalami penaikan suhu sebanyak 5°C tetapi di akhir pencatatan suhu kembali ke awal menjadi 55°C. Untuk jenis pelumas CS, suhu pada kepala silinder relatif stabil walupun mengalami kenaikan suhu pada jam ke-5 tetapi pada akhir pencatatan suhu kembali ke awal. Pada blok silinder suhu mengalami penurunan yang tidak terjadi pada dua jenis pelumas
sebelumnya, sedangkan suhu minyak pelumas relatif stabil walaupun di jam ke-5 mengalami penaikan suhu sebanyak 4°C tetapi di akhir pencatatan suhu kembali ke awal menjadi 50°C.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.         LATAR BELAKANG
        Pelumas adalah zatkimia, yang umumnya cairan, yang diberikan diantara dua benda bergerak untuk mengurangi gaya gesek. Pelumas berfungsi sebagai lapisan pelindung yang memisahkan dua permukaan yang berhubungan. Cairan (minyak lumas) merupakan salah satu dari empat fase benda yang volumenya tetap dalam kondisi suhu dan tekanan tetap.
       Dari empat fase benda tersebut adalah zat cair, padat, gas, dan massa jenis, cairan termasuk golongan fluida yang mana di sebut zat cair. Di dalam hukum aliran viskos, Newton menyatakan hubungan antara gaya – gaya mekanika dari suatu aliran viskos Geseran dalam (viskositas) fluida adalah konstan sehubungan dengan gesekannya.
Minyak lumas mempunyai kekentalan yang berbeda-beda, Kekentalan (Viskositas) pelumas diklasifikasikan secara khusus oleh International Organization for Standardization (ISO).
1
        Pada suhu mesin yang tinggi kekentalan oli cenderung turun dan oli mengalami pemuaian volume, sebaliknya bila suhu mesin rendah maka kekentalan oli cenderung meningkat, dan oli mengalami penyusutan volume.Oli mengalami perubahan volume bila terjadi perubahan temperatur. Volume suatu zat berhubungan dengan besarnya massa jenis zat tersebut. Jika volume V bergantung pada temperatur, maka massa jenis R juga bergantung pada temperatur.
2
Dari beberapa faktor diatas, temperatur minyak lumas sangat berperan penting dalam sebuah pelumasan pada mesin, karena apabila temperatur minyak lumas yang terlalu tinggi akan mengakibatkan kurangnya efisiensi dari pelumasan tersebut. Adapun temperatur normal pelumasan yaitu 40°c-50°c dan temperatur tidak normalnya 50°c-75°c, Naiknya temperatur minyak lumas dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti kurangnya penyerapan panas pada lubricating oil cooler dan hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti terjadinya penyumbatan pada pipa-pipa kapiler pada lubricating oil cooler serta dapat juga disebabkan oleh volume media pendingin yang masuk ke lubricating oil cooler tidak sebanding dengan minyak lumas yang di dinginkan.
Selain hal diatas temperatur media pendingin yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan naiknya temperatur minyak lumas, adapun faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan naiknya temperatur minyak lumas seperti terjadinya kebocoran pembakaran yang masuk ke crank case, serta pemakaian minyak lumas yang sudah melebihi jam kerja atau minyak lumas yang sudah tidak layak pakai akan mengalami kenaikan temperatur dengan cepat jika terus-menerus di gunakan.
Untuk itu pada sistem pelumasan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk menjaga temperatur dari minyak lumas, sehingga tercipta pelumasan yang lebih efisien dan komponen mesin yang bergerak tidak tejadi kerusakan serta mesin dapat beroperasi lebih lama, tahan lama serta pemakainan yang jangka panjang di operasikan terus menerus.
3
Berdasarkan uraian di atas maka penulis merencanakan melakukan penelitian dengan mengambil judul : AKIBAR NAIKNYA TEMPERATUR MINYAK LUMAS PADA MESIN INDUK KAPAL”

1.2.         RUMUSAN MASALAH
Dalam hal ini penulis merumuskan beberapa masalah yang  akan diuraikan dalam bab selanjutnya yaitu :Apa penyebeb naiknya temperature minyak lumas pada mesin induk?

1.3.         BATASAN MASALAH
Mengingat luasnya permasalahan, penulis menganggap perlunya mengambil batasan-batasan dengan maksud agar tidak terjadi penyimpangan dalam pembahasan.
Dari sekian banyak faktor yang mengakibatkan naiknya temperature minyak pelumas khususnya alat mekanis dan media pada system pelumasan maka penulis hanya menganalisa pada media pemindah panas (heat exchanger) dan alat mekanis yaitu pompa air laut.

1.4.        
4
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1.4.1.  Tujuan penelitian
a)              Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan naiknya temperatur  minyak lumas pada motor induk di kapal.
b)             Untuk mengetahui proses perpindahan panas pada cooler terhadap naiknya temperatur minyak lumas.
1.4.2.  Manfaat penelitian
a)              Sebagai gambaran kepada pembaca utamanya bagi rekan-rekan taruna tentang penyebab naiknya temperature minyak lumas pada motor induk di ataskapal.
b)             Sebagai bahan acuan bagi calon ahli mesin kapal yang nantinya akan bekerja diatas kapal.
c)              Sebagai bahan pertimbangan bagi seorang engineer dalam melakukan perawatan motor induk.
1.5.         HIPOTESIS
Terjadinya kenaikan temperature minyak lumas pada pengoperasian motor induk di atas kapal diduga karena :
1.  Penyumbatan pada pipa – pipa kapiler di dalam L.O  Cooler.
2.  Kurangnya volume air laut yang masuk kedalam L.O Cooler.

BAB II

STUDI LITERATUR

2.1. PENGERTIAN MINYAK  LUMAS

Minyak lumas adalah  zat cair atau benda cair yang digunakan sebagai pelumasan dalam suatu mesin untuk mengurangi keausan akibat gesekan dan sebagai pendingin, peredam suara serta peredam getaran.
Menurut Maleev (1991), Pelumasan adalah pemberian minyak lumas antara dua permukaan bantalan yaitu permukaan yang bersinggungan dengan tekanan dan saling bergerak satu terhadap yang lain. bantalan pena engkol mesin horizontal kecil dan mesin dua langkah pembilasan karter menggunakan peminyak sentrifugal atau peminyak banyo. Lubang minyak yang mengarah kepermukaan pena engkol seringkali digurdi pada sudut sekitar 30 derajat mendahului titik mati, sehingga cangkang atas menerima minyak sebelum langkah penyalaan dan pada titik yang tekanannya relative rendah.
Menurut Maanen (-), Pelumasan dapat dibedakan sebagai berikut :
2.1.1.  Pelumasan hidrodinamis.    
Pada bentuk pelumasan ini, maka antara poros dan bantalan selalu terdapat suatu lapisan pelumas.Lapisan pelumas tersebut mencegah hubungan langsung antara material, poros dan material bantalan.
5
 
6
2.1.2  Pelumasan hidrostatis.  
Pelumasan hidrostatis hanya akan tercapai, bila kedua permukaan gesekan memiliki kecepatan yang cukup tinggi satu terhadap yang lainnya. Pada waktu start jalan dan setelah berjalan  dari poros dalam bantalan, maka akan terjadi suatu periode pelumasan batas dalam setiap hal.
2.1.3.    Pelumasan batas.
Pelumasan batas dalam mana terjadi hubungan langsung antara material poros dan bantalan. Akan membawa keausan dengan cepat dari material bantalan akan tetapi juga sering material poros.

2.2. PRINSIP PELUMASAN
Menurut Maleev (1991), Mengemukakan bahwa bagaimanapun juga halusnya dan tepatnya persatuan logam dapat dilihat atau dirasakan, tetapi sebenarnya tidak rata melainkan terdiri atas titik yang tinggi dan rendah, kalau satu permukaan meluncur diatas permukaan yang lain dan suatu gaya menekannya terhadap permukaan yang lain tersebut, maka titik yang tinggi pada kedua permukaan akan saling mengunci dan menghambat gerak relatif. Dalam meluncur dan mengatasi hambatan ini, maka permukaan yang keras akan melepaskan sebagian dari titik yang tinggi dan permukaan yang lunak tetapi pada saat yang sama dapat kehilangan sebagian dari titik tingginya sendiri. Hambatan untuk meluncur ini disebut gesekan (friction),  pelepasan titik yang tinggi (wear).   Kalau di lihat dengan pembesaran yang kuat maka penampang melintangnya.
7
Menurut Suharto(1991), Pemilihan serta perlakuan pelumas didalam kaitannya dengan operasi mesin tentunya bukan sekedar asal melumuri saja, akan tetapi mempunyai makna dan tujuannya yang banyak dan komplek serta itu semua disesuaikan dengan objek yang dilumasi, bagaimana lingkungannya, bagaimana tinggi rendahnya temperatur operasinya, sifat–sifat bahan pelumas terhadap objek, kecepatan putar ataupun kecepatan linier dari objek yang dilumasi.
Menurut Maanen (-), Poros dibebani dengan sebuah gaya dengan arah tegak lurus kebawah, sehingga lapisan pelumas antara poros dan bantalan terdesak keluar. Akibatnya terjadi hubungan antara poros dan material bantalan. Bila poros diputar , maka akibat adhesi minyak pelumas antara poros dan bantalan akan ditarik. Pada kecepatan sudut yang cukup besar tekanan dalam lapisan pelumas sedemikian besar sehingga terjadi keseimbangan dengan beban poros sehingga poros akan terangkat oleh lapisan pelumas dan memutuskan hubungan metal dengan poros.

2.3. TUJUAN PELUMASAN
Menurut Suharto (1991),Beberapa maksud dari pelumasan mesin sekaligus mencakup tujuan-tujuan diantaranya :

1.     Menahan beban mesin

          Jadi disini untuk mengantisipasi gerusan Bearing karena kontaknya poros dengan Bearing.
2.    Mengendalikan terjadinya getaran
8
Jadi disini mempunyai aspek yaitu menjaga kelemahan bahan karena beban-beban ekstra dari getaran-getaran mesin.
3.    Mencegah terjadinya korosi
Disini korosi oleh uap air, lepasnya electron, atau sebab-sebab lain.

       Menurut Maanen (-), Dibeberapa tempat pada motor diantaranya bagian-bagian yang bergerak satu terhadap yang lain di berikan bahan pelumas. Tujuan dari pelumasan adalah :
1.    Pembatasan gesekan dan keausan gesekan.
2.    Penyalur panas gesekan.
3.    Pelindung permukaan terhadap korosi.
4.    Pembilasan bahan pengotor.
5.    Peredam suara.
6.    Berfungsi sebagai penutup rapat.
Dapat disimpulkan bahwa :
Mengurangi gesekan
Mesin sepeda motor terdiri dari beberapa komponen, terdapat komponen yang diam dan ada yang bergerak. Gerakan komponen satu dengan yang lain akan menimbulkan gesekan, dan gesekan akan mengurangi tenaga, menimbulkan keausan, menghasilkan kotoran  dan panas. Guna mengurangi gesekan maka antara bagian yang bergesekan dilapisi oli pelumas (oil film).
9
 
Sebagai peredam
Piston, batang piston dan  poros engkol merupakan  bagian mesin menerima gaya yang berfluktuasi, sehingga saat menerima gaya tekan yang besar memungkinkan menimbulkan benturan yang keras dan menimbulkan suara berisik. Pelumas berfungsi untuk melapisi antara bagian tersebut dan meredam benturan yang terjadi sehingga suara mesin lebih halus.

Sebagai anti karat
Sistem pelumas berfungsi untuk melapisi logam dengan oli, sehingga mencegah kontak langsung antar logam dengan udara maupun maupun air dan terbentuknya karat dapat dihindari.


Mengendalikan terjadinya getaran
jadi disini mempunyai aspek yaitu menjaga kelemahan bahan karena beban-beban ekstra dari getaran-getaran mesin.
Sebagai penghantar panas
pelumas juga berfungsi sebagai penghantar panas. Pada mesin mesin dengan kecepatan putaran tinggi, panas akan timbul pada bantalan bantalan sebagai akibat dari adanya gesekan yang banyak. Dalam hal ini pelumas berfungsi sebagai penghantar panas dari bantalan untuk mencegah peningkatan temperatur atau suhu mesin.
10
2.4. SIFAT – SIFAT MINYAK LUMAS
Menurut Maleev (1991), Menjelaskan bahwa sifat minyak lumas baik fisik maupun kimia, ditentukan dengan penyajian yang sama  dengan yang digunakan untuk menguji bahan bakar. Pembahasannya akan diurutkan menurut pentingnya :
1.        Viskositas adalah sifat yang paling penting yang menunjukkan kefluidaan relative dari minyak tertentu. Jadi merupakan ukuran dari gesekan fluida, atau tahanannya, yang akan diberikan oleh molekul atau partikel minyak satu sama lain kalau badan utama dari minyak sedang bergerak, misalnya dalam sistem peredaran makin berat atau makin malas gerakannya, berarti viskositas lebih tinggi.
2.        Titik tuang adalah suhu pada saat minyak tidak mau mengalir ketika tabung diuji diletakkan 45 derajat dari horizontal.Titik tuang yang relative tinggi mempengaruhi kemampuan untuk memompa minyak melalui sistem pelumasan mesin dengan sejumlah tabung dan orifis yang berukuran kecil.
3.        Residu karbon adalah jumlah karbon yang tertinggal setelah zat yang dapat menguap telah diuapkan dan terbakar dengan pemanasan minyak. Ini akan menunjukkan jumlah karbon yang dapat diendapkan dalam mesin yang akan mengganggu operasi.
4.        Titik nyala adalah suhu pada saat uap minyak diatas minyak akan menyala kalau dikenai api kecil. Titik nyala dari minyak lumas di tentukan dengan metode yang sama seperti yang digunakan untuk minyak bahan bakar. Titik nyala dari berbagai minyak lumas diesel bervariasi dari 340 sampai 430 F.
5.       
11
Air endapan adalah minyak diuji dengan pemusingan dan harus bebas dari air dan endapan. Tentu saja tidak boleh ada kotoran dalam penyediaan minyak lumas. Sebagian besar dari wadah minyak terbuka pada instalasi diesel yang ada, tetap dalam keadaan terbuka. Kotoran akan terikat dan masuk ke dalam minyak kemudian tinggal didalam saluran minyak.
6.        Keasaman adalah minyak lumas harus menunjukkan reaksi netral kalau diuji dengan kertas litmus. Minyak yang asam cenderung mengkorosi atau melubangi bagian mesin dan membentuk emulsi dengan air serta membentuk lumpur dengan karbon.
7.        Emulsi adalah campuran minyak dengan air yang tidak terpisah menjadi komponennya, yaitu minyak dan air disebut disuatu emulsi. Minyak lumas tidak boleh membentuk emulsi dengan air. Kalau dikocok dengan air harus segera terpisah darinya. Kemampuan untuk memisah ini terutama penting setelah minyak digunakan untuk beberapa waktu.
8.        Oksidasi adalah minyak tidak boleh memiliki  kecenderungan yang kuat untuk teroksidasi, karena oksidasi menyebabkan pembentukan lumpur. Oksidasi dan pembentukan lumpur dalam carter atau dimana saja dalam sistem pelumasan mesin diesel tidak dikehendaki, karena kemungkinannya untuk mengganggu aliran minyak dan melemahkan pelumasan dalam bagian yang penumpukan lumpur.
9.       
12
Abu (ASH) dalam minyak adalah ukuran benda yang dapat menyebabkan pengikisan atau kemacetan dari bagian bergerak yang bersinggungan.
10.    Belerang adalah belerang bebas atau campuran korosi dari belerang tidak diperbolehkan dalam minyak lumas karena mereka mempunyai kecenderungan untuk membentuk asam dengan uap air. Campuran bukan korosi dari belerang diperbolehkan sampai batas tertentu.
11.    Warna minyak lumas tidak ada hubungannya dengan mutu pelumasannya.
12.    Gravitasi adalah pada umumnya minyak yang viskositasnya tinggi maka gravitasinya tinggi, tetapi tidak ada hubungannya antara kedua karakteristik minyak ini.

2.5.         PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP VISKOSITAS MINYAK LUMAS
Viskositas adalah sifat yang menentukan besar daya tahan fluida terhadap gaya geser. Hal ini terutama diakibatkan oleh saling pengaruh antara molekul-molekul fluida. Viskositas zat cair menyebabkan terbentuknya gaya geser antara elemen-elemennya. Bila suatu fluida mengalami geseran, ia mulai bergerak dengan laju regangan yang berbanding terbalik dengan suatu besaran yang disebut koefisien viskositas, viskositas dinamis. digilib.unnes
13
 Viscositas berkurang dengan naiknya suhu dan ditentukan dangan viskosimeter saybolt dengan orifis universal. Viskositas minyak disel dari berbagai mesin bervariasi dari 100 sampai 500 SSU pada 130F. Gesekan, keausan mesin, dan penggunaan minyak pada dasarnya tergantung pada viskositas minyak.
 Menurut Jackson and Morton (2003), Bisa didenfinisikan sebagai tahanan fluida yang berubah bentuk. Yang mana seharusnya gesekan molekular dalam dan molekul pada fluida  menghasilkan fluida oleh pengaruh tahanan geseskan. Tingginya viskosiatas maka lebih cenderung kearah pelumasan hydrodynamic. Tentunya tipe minyak pelumas, air atau grease dan temperatur itu sangat penting. Temperatur bisa naik melalui sirkulasi pelumas yang tidak cukup untuk menghilangkan panas disebabkan di dalam bearing, ini bisa disebabkan oleh celah yang terlalu kecil atau penyuplaian oli yang tidak cukup. 
Menurut Moechtar (1990), Bila viskositas gas meningkat dengan naiknya temperatur, maka viskositas cairan justru akan menurun jika temperatur dinaikan. 1)  Pengaruh  Viskositas
      Viskositas zat cair dapat ditentukan secara kuantitatif dengan besaran yang disebut koefisien viskositas. Satuan SI untuk koefisien viskositas adalah Ns/m2 atau pascal sekon (Pa s). Ketika berbicara viskositas, anda berbicara tentang fluida sejati. Fluida ideal tidak mempunyai koefisien viskositas.
14
         Menurut George Stokes besarnya gaya gesek pada fluida inilah yang disebut gaya stokes dengan koefisien viskositasnya η dengan konstanta k = 6πr. Sehingga gaya gesek (gaya stokes) dapat dirumuskan sebagai: 
Cara ini juga untuk menghitung jari-jari molekul. Caranya yaitu setelah didapatkan waktu alir zat cair maka akan didapatkan viskositas dari zat cair tersebut. Selanjutnya akan didapat slope (A), akhirnya akan didapatkan jari-jari (r) dengan menggunakan persamaa:
     Viskositas diukur dengan mengukur laju aliran cairan yang melalui tabung berbentuk silinder, cara ini dapat digunakan untuk cairan maupun gas. Harga kekentalan mutlak sukar untuk ditentukan, dalam prakteknya yang dicari adalah kekentalan relatifnya yaitu perbandingan antara kekentalan zat itu dengan kekentalan zat cair lainnya (biasanya sebagai pembanding digunakan air). docstoc
      Besaran-besaran yang terkandung dalam hukum stokes merupakan besaran-besaran yang secara teknis sudah ditentukan besarnya., kecuali harga  (koefisien viscositas)dan V (kecepatan benda). Oleh karena itu, terbuka kemungkinan untuk memanfaatkan hubungan ini untuk menentukan viscositas fluida, apabila dengan suatu harga V dapat ditentukan maka harga  dapat dihitung dari persamaan.
15
Salah satu parameter yang penting dalam analisis pelumas adalah pengukuran viskositas kinematik. Pengukuran viskositas kinematik dilakukan pada temperature 40˚ C dan 100˚C. Dari pengukuran viskositas dapat ditentukan indeks viskositas suatu pelumas. Nilai viskositas suatu pelumas akan menunjukkan seberapa besar hambatan suatu fluida (pelumas) untuk dapat mengalir. Makin besar nilai viskositas suatu pelumas (makin kental) berarti makin besar hambatannya untuk mengalir. Idealnya viskositas atau hambatan suatu pelumas harus kecil namun harus menghasilkan lapisan tipis yang kuat untuk memisahkan dua permukaan yang saling bergesekan pada temperature tertentu. Viskositas kinematik diperoleh dengan mengukur aliran fluida (pelumas) yang melalui suatu pipa kapiler dengan diameter tertentu. Viskositas kinematik suatu


K = AxB x t ……………persamaan (1)

fluida dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Dimana :       K        = viskositas kinematik (cSt)
AxB    = konstanta kapiler dalam (cSt/s)
t           = waktu pengukuran aliran (s)
Untuk memperoleh hasil pengukuran viskositas yang akurat dari suatu sampel, maka perlu diperhatikan faktor-faktor berikut ini :
16
1. Kondisi sampel, yang meliputi warna sampel dan kandungan endapan (kontaminan)
2. Pemilihan tabung kapiler, dalam hal ini disesuaikan dengan kekentalan yang akan diukur.
3. Pemilihan cairan water bath, bisa diisi dengan silicon oil atau air.
4. Pemakaian stopwatch yang terkalibrasi
5. Pengamatan proses pengukuran sampel
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan
1.      Kondisi Sampel Apabila yang akan kita ukur adalah fresh oil (pelumas baru), hal ini tidak akan menjadi masalah karena kondisi pelumas masih transparan, bersih dari kontaminan. Akan tetapi apabila yang akan diukur adalah pelumas bekas maka pelumas perlu disaring terlebih dahulu. Jangan sampai endapan atau partikel hasil keausan menyumbat pipa kapiler.
2.      Pemilihan Tabung kapiler (ubbelohde viscometer glass) yang digunakan harus disesuaikan dengan kekentalan pelumas yang akan kita ukur, Semakin kental suatu pelumas maka kita pilih tabung kapiler yang berkonstanta besar. Hal ini dimaksudkan agar waktu pengukuran tidak terlalu lama sekali.
3.      Pemilihan cairan water bath (cairan insulasi) Cairan pengisi water bath yang ideal adalah silicon oil, karena silicon oil mempunyai titik didih yang sangat tinggi. Sehingga pada saat dioperasikan pada temperature 100˚ C tidak terjadi suatu masalah, akan tetapi harga dari silicon oil sangatlah mahal. Untuk itu bisa digunakan tap water (air kran) sebagai penggantinya, kelemahan dari tapwater adalah pada temperature 100˚C telah mendidih. Sehingga gelembung-gelembungnya akan mengganggu pengukuran. Namun hal ini bisa disiasati dengan melakukan beberapa pengukuran pada temperature 30, 40, 50, 60, 70, 80 dan 90˚ C. Untuk data pada 100˚C diperoleh dengan ekstrapolasi data menggunakan program excel.
4.     
17
Pemakaian stopwatch yang terkalibrasi Alat yang digunakan untuk pengukuran viskositas di laboratorium adalah viscometer measuring unit AVS 310. Sebenarnya alat ini telah dilengkapi dengan counter otomotis yang akan mengukur waktu dari sensor atas ke sensor bawah. Akan tetapi kelemahannya adalah apabila ada gelembung atau kotoran pada tap water yang lewat pada sensor akan langsung dibaca sensor, sehingga pengukuran langsung terhenti padahal sampel belum selesai mengalir. Untuk menyiasatinya kita juga perlu mengukur secara manual dengan menggunakan stopwatch yang telah terkalibrasi sebagai data cadangan. Sehingga kita tidak akan membuang waktu yang lama untuk pengukuran ini.
5.      Pengamatan proses pengukuran sampel Meskipun alat ini otomatis, akan tetapi kendala matinya sensor sering terjadi. Mengingat posisi sensor yang tercelup pada water bath. Untuk itu perlu dilakukan pengamatan selama pengukuran untuk meminimalisasi kesalahan pengukuran. Terkadang sampel akan meluap membanjiri cairan water bath, apabila sensor bagian atas mati sehingga pompa hisap akan berjalan terus. Apabila hal itu terjadi
maka kita akan repot mengganti seluruh isi waterbath. Untuk itu pengamatan sampel sangat diperlukan, agar kita biasa langsung mematikan pompa saat ada indikasi sampel akan meluap ke waterbath.
Ada beberapa lembaga pemerintah yang berwenang untuk melakukan pengujian viskositas ini seperti pertamina, Lemigas, LIPI, BPPT dll. Disamping itu juga ada Laboratorium lain yang telah terakreditasi seperti Sucofindo, Prolab, Petrolab dll.
18
Ada batasan viskositas untuk menyatakan bahwa pelumas tersebut masih layak untuk digunakan yaitu ± 20% dari nilai viskositas pelumas barunya. Akan tetapi perlu diperhatikan juga parameter yang lain pak seperti TBN, TAN, keausan logam apakah menyatakan suatu nilai dalam batasan yang aman atau tidak. Viskositas suatu pelumas adalah suatu ukuran dari besar tahanan yang diberikan oleh pelumas untuk mengalir atau dengan perkataan lain adalah suatu ukuran kekentalan dari pelumas tersebut. Makin besar viskositas (makin kental) berarti makin besar tahanannya untuk mengalir. Metode pengukuran standar untuk viskositas adalah ASTM D-445.
Pengukuran pelumas dilakukan pada temperature 40 deg C (derajat celsius) dan 100 deg C (derajat celsius), hal ini dimaksudkan untuk menghitung Indeks Viskositas. Indeks viskositas adalah suatu ukuran dari perubahan viskositas terhadap temperatur. Viskositas pelumas akan turun jika temperatur naik, sebaliknya viskositas akan naik jika temperatur turun. Perubahan ini tidak akan sama untuk semua pelumas. Untuk menunjukkan perubahan ini dengan suatu bilangan maka digunakan indeks viskositas yang dapat diukur melalui perbandingan angka viskositas yang ditentukan pada dua temperatur yaitu 40˚C dan 100˚C. Metode standar untuk penentuan VI adalah ASTM D-2270.
19
 
Faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas:
2.5.1.       Suhu
Viskositas berbanding terbalik dengan suhu. Jika suhu naik maka viskositas akan turun, dan begitu sebaliknya. Hal ini disebabkan karena adanya gerakan partikel-partikel cairan yang semakin cepat apabila suhu ditingkatkan dan menurun kekentalannya.
2.5.2.       Konsentrasi larutan
Viskositas berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Suatu larutan dengan konsentrasi tinggi akan memiliki viskositas yang tinggi pula, karena konsentrasi larutan menyatakan banyaknya partikel zat yang terlarut tiap satuan volume. Semakin banyak partikel yang terlarut, gesekan antar partikrl semakin tinggi dan viskositasnya semakin tinggi pula.
2.5.3.       Berat molekul solute
Viskositas berbanding lurus dengan berat molekul solute. Karena dengan adanya solute yang berat akan menghambat atau member beban yang berat pada cairan sehingga manaikkan viskositas.
2.5.4.       Tekanan
Semakin tinggi tekanan maka semakin besar viskositas suatu cairan.
2.6.        
20
PERSYARATAN PELUMASAN MESIN
Menurut Maleev (1991), Suatu pelumasan mesin yang ideal harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1.    Memelihara film minyak lumas yang baik pada dinding silinder hingga mencegah keausan berlebihan pada landasan silinder, torak, dan cincin torak.
2.    Mencegah pelekatan cincin torak.
3.    Merapatkan kompresi dalam silinder.
4.    Tidak meninggalkan endapan karbon pada mahkota dan bagian atas dari torak dan dalam lubang buang, lubang bilas.
5.    Tidak melapiskan cat pada permukaan torak suatu silinder.
6.    Mencegah keausan bantalan.
7.    Mencuci bagian dalam mesin.
8.    Tidak membentuk Lumpur, penyumbatan saluran minyak, lapisan dan saringan atau meninggalkan endapan dalam pendingin minyak (oil cooler).
9.    Dapat di gunakan dengan sembarangan jenis saringan.
10.  Penggunaannya hemat.
11.  Memungkinkan selang waktu lama antara penggantian.
12.  Mempunyai sifat baik pada start dingin.



2.7.        
21
SISTEM PELUMASAN
Pada umumnya sistem pelumasan yang sering digunakan pada mesin dibagi atas dua bagian yaitu :
2.7.1.      Sistem pelumasan kering
       Sistem pelumasan kering yaitu minyak lumas ditampung ditempat yang lain yaitu sump tank. Di kapal sistem pelumasan yang digunakan adalah sistem pelumasan kering yaitu sistem pelumasan tekanan penuh yaitu minyak berasal dari tempat penampungan (sump tank) yang disirkulasikan dengan pompa dengan tekanan tertentu kebagian-bagian mesin yang memerlukan pelumasan kemudian minyak kembali ke tangki penampungan (sump tank).
      Pada sistem pelumasan yang digunakan di kapal sebelum menghidupkan mesin maka diharuskan melakukan pelumasan awal engkol, torak, mahkota torak, (piston crown), bantalan utama connecting rod, silinder, komponen penggerak katup, turbo charge.
      Sirkulasi minyak mulai diserap oleh pompa roda gigi dari tangki penampungan (sump tank) kemudian disaring oleh saringan minyak lumas (oil filter) kemudian minyak lumas itu didinginkan di pendingin minyak (LO Cooler) kemudian minyak lumas tersebut melumasi bagian-bagian yang memerlukan pelumasan itu minyak lumas kembali ke tangki penampungan (sump tank).
2.7.2.      Sistem pelumasan basah
           Sistem pelumasan ini pada mumumnya dipergunakan pada mesin kapal yang berdaya rendah.Ini disebabkan karena konstruksinya yang masih relatif sederhana.Pada sistem pelumasan basah pompa minyak lumas memompa minyak lumas dari bak minyak pelumas kedalam mangkok minyak pelumas pada setiap pangkat batang engkol bergerak mencebur ke dalam mangkok tersebut dan memercikkan minyak pelumas dari dalam mangkok membasahi bagian-bagian yang harus dilumasi.
22
 
2.8.          FUNGSI BAGIAN-BAGIAN SISTEM PELUMASAN

2.8.1.   Fungsi Pesawat Pemindah Panas Minyak Lumas (L.O. Cooler).
 L.O. Cooler merupakan sebuah alat pendingin dimana minyak pelumas yang mempunyai kenaikan temperatur akibat panas gesekan dan panas jenis lainnya didalam sebuah alat yaitu L.O Cooler akan didinginkan oleh air laut dengan cara bersinggungan, yang mana temperatur minyak lumas akan diserap panasnya oleh air laut yang berada dalam pipa-pipa kapiler yang selanjutnya temperatur minyak pelumas akan mengalami penurunan akibat penyerapan oleh air laut.
23
Gambar.1 L.O COOLER
Gambar.2 L.O COOLER
2.8.2. Fungsi pompa air laut (sea water pump)
Pompa air laut berfungsi memompa air laut ke dalam L.O Cooler

untuk menyerap panas minyak lumas secara bersinggungan.
Gambar.3 sea water pump
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Rencana tempat di laksanakannya penelitian di lakukan pada saat melaksanakan praktek laut di atas kapal selama ± 1 tahun dengan mengumpulkan data yang di dapat nantinya.

3.2. METODE PENGUMPULAN DATA

Data daninformasi yang diperlukan untuk penulisan proposal penelitian ini dikumpulkan melalui :
3.2.1.    MetodeLapangan (Field Research),yaitu penelitian yang dilakukan  dengan cara mengadakan peninjauan langsung pada obyek yang diteliti. Data dan informasi dikumpulkan melalui :
a.    Observasi, mengadakan pengamatan secara langsung dilapangan dimana penulis melaksanakan praktek laut.
b.    Wawancara, mengadakan Tanya jawab secara langsung dengan para perwira yang ada di kapal dan para Dosen di lingkungan Politeknik Ilmu Pelayaran Makassar.
24
3.2.2.    Tinjauan Kepustakaan (Library Research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara membaca dan mempelajari literature, buku-buku dan tulisan-tulisan yang berhubungan dengan masalah yang dibahas, untuk memperoleh landasan teori yang akan digunakan dalam membahas masalah yang diteliti.

25
3.3. JENIS DAN SUMBER DATA

Untuk menunjang kelengkapan pembahasan penulis ini diperoleh data dan sumber :
3.1.2.    Jenis data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas :
a.    Data kualitatif
Data yang biasa peneliti dapatkan yaitu langsung dari crew engine (Adapun sumber data yang penulis gunakan terdiri atas awak kapal yang mempunyai tugas di kamar mesin ) melalui pertanyaan – pertanyaan yang menyangkut pelumasan baik itu pada saat mengalami masalah maupun dalam keadaan normal, pembahasan tentang pelumasan ini biasa dilaksanakan pada saat peneliti jaga di atas kapal, meeting (pertemuan),  dan saat langsung mengadakan perbaikan pada sistem pelumasan motor induk tersebut.
b.    Data kuantitatif
Data yang diperoleh dalam bentuk angka-angka berasal dari tempat penelitian yang perlu diolah kembali.


26
2.    Sumber data
a.    Data primer
Data ini merupakan data yang diperoleh  secara langsung dari kapal  dengan jalan mengadakan wawancara langsung dengan masinis dan KKM  tentang mesin penggerak utama khususnya pada bagian sistem pelumasan serta diperoleh dengan cara metode survey, yaitu dengan mengamati, mengukur dan mencatat secara langsung di lokasi penelitian.
b.    Data sekunder
Data ini merupakan data yang diperoleh dari literatur-literatur dan artikel-artikel yang ada hubungannya dengan masalah dan merupakan data pelengkap dari data primer yang didapat dari perusahaan serta hal-hal lain yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.4. LANGKAH – LANGKAH PENELITIAN

Kegiatan penelitian direncanakan pada saat penulis mengadakan praktek laut. Untuk mengetahui situasi dengan bekal pengetahuan dari apa yang didapatkan lewat studi kepustakaan. Selanjutnya kita memulai identifikasi masalah - masalah yang ada dan menetapkan apa yang menjadikan tujuan dan masalah yang kita temui, maka kita dapat menentukan metode penelitian yang sesuai dari apa yang kita peroleh sesuai dengan langkah – langkah diatas, maka kita dapat mengumpulkan data yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Data yang telah diperoleh diolah sesuai dengan teori metode yang kita telah tetapkan dari awal sebelum kita melakukan pengumpulan data - data yang telah kita olah kemudian kita analisa, hasil yang diperoleh dengan membandingkan hasil – hasil dari disiplin teori yang kita gunakan.Dari hasil perhitungan yang kita analisa kemudian kita membuat pembahasan mengenai hal tersebut.
27
Setelah semuanya telah dianggap selesai, maka kita boleh menarik sebuah kesimpulan dari apa yang telah kita analisa dan dibahas. Kemudian kita juga memberikan saran apa yang sesuai dengan apa yang kita simpulkan, dan ini dapat merupakan bahan masukan tentang penyerapan panas yang kurang maksimal dari system kerja yang tidak normal, sehingga naiknya temperatur minyak pelumas .Barulah langkah –langkah ini dianggap selesai.
Untuk mempermudah penulis dalam melakukan penelitian maka perlu membuat suatu diagram perencanaan agar dalam melakukan penelitian dapat berjalan sesuai dengan apa yang telah diuraikan dalam proposal ini kemudian dituangkan dalam bentuk karya ilmia berupa skripsi.






BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. ASPEK TEKNIK
Suhu yang dihasilkan pada kepala silinder, blok silinder dan minyak pelumas untuk minyak pelumas jenis MS, JD, CS. yang setiap jamnya diukur dengan menggunakan termometer digital yang telah disediakan.
Dari suhu kepala silinder, blok silinder dan minyak pelumas untuk minyak pelumas jenis MS, suhu pada kepala silinder relatif stabil dengan tidak mengalami perubahan suhu yang signifikan. Pada blok silinder suhu mengalami perubahan pada pertengahan waktu pengamatan tetapi pada akhir waktu suhu blok meng-alami penurunan dari suhu awal 63°C ke 62°C, sedangkan suhu minyak pelumas relatif stabil walaupun di jam ke-4 mengalami penaikan suhu sebesar 4°C, tetapi di akhir pencatatan suhu kem-bali ke awal menjadi 50°C.
4.2. PEMBAHASAN
28
Berdasarkan hasil perbandingan ketiga jenis pelumas yang telah digunakan pada mesin induk. dengan rata-rata lama pengoperasian mesin ±7 jam. Untuk jenis pelumas MS, suhu pada masing-masing bagian yang diukur relatif naik. Jenis pelumas JD, untuk suhu di bagian kepala silinder dan minyak pelumas di awal dan akhir tidak mengalami perubahan walupun di bagian suhu pada blok silinder pengalami kenaikan suhu. Untuk jenis pelumas CS, suhu pada kepala silnder dan minyak pelumas tidak mengalami perubahan tetapi suhu pada blok silinder mengalami penurunan.
29
Dari penjelasan terlihat dengan jelas perbedaan dari masing-masing jenis pelumas yang diperguna-kan sehingga bisa dikatakan berbeda jenis pelumas berbeda juga suhu yang akan dihasilkan oleh suatu mesin pada saat beroperasi. Sehingga faktor pemilihan jenis pelumas yang tepat sangat menentukan performa suatu mesin ketika beroperasi karena oli mesin tidak hanya memberikan perlindungan ter-hadap mesin namun juga perlindungan terbaik terhadap suhu yang tinggi akibat tekanan berat yang dihadapi mesin pada saat dioperasikan.
suhu mesin yang tinggi, kekentalan oli cenderung turun dan oli mengalami pemuaian volume, sebaliknya bila suhu mesin rendah maka kekentalan oli cenderung meningkat, dan oli mengalami penyusutan volume. Oli mengalami perubahan volume bila terjadi perubahan temperatur. Dari beberapa faktor, temperatur minyak pelumas sangat berperan penting dalam sebuah pelumasan pada mesin, karena apabila temperatur minyak pelumas yang terlalu tinggi akan mengakibatkan kurangnya efisiensi dari pelumasan tersebut. Ini karena karakteristik tiap jenis dan merek oli berbeda sesuai dengan komposisi kimia didalamnya.
Semakin tinggi suhu cairan semakin kecil viskositasnya, semakin rendah suhunya maka semakin besar viskositasnya. Pada permesinan bagian yang paling sering bergesekan adalah piston. Ada banyak bagian lain namun gesekannya tak sebesar yang dialami piston. Di sinilah keguna-an oli. Oli memisahkan kedua permukaan yang berhubungan sehingga gesekan pada piston diper-kecil. Oleh sebab itu, pemilihan oli yang baik akan mempengaruhi kondisi mesin karena oli yang mempunyai kualitas yang baik salah satu satu satu keunggulannya adalah mampu mempertahankan suhu mesin yang timbul akibat dari gesekan-gesekan yang terjadi pada mesin maupun beban mesin tersebut, temperatur bisa naik melalui sirkulasi pelumas yang tidak cukup untuk menghilangkan panas disebabkan oleh gesekan yang terjadi pada bearing.

BAB V
PENUTUP
5.1.         KESIMPULAN
Pelumas adalah zatkimia, yang umumnya cairan, yang diberikan diantara dua benda bergerak untuk mengurangi gaya gesek. Pelumas berfungsi sebagai lapisan pelindung yang memisahkan dua permukaan yang berhubungan. Cairan (minyak lumas) merupakan salah satu dari empat fase benda yang volumenya tetap dalam kondisi suhu dan tekanan tetap.
Fungsi lain sitem pelumasan (oli)
1.      Oli harus membentuk lapisan antara dua logam untuk mencegah kontak secara langsung antara dua permukaan logam sehingga bisa mengurang keausan dan panas yang berlebihan
2.      Oli mendinginkan bagian mesin lain.
3.      Berfungsi sebagai seal antara piston dan lubang dinding silinder
4.      Mengeluarkan kotoran-kotoran dari bagian mesin
5.       Mencegah karat pada bagian mesin

5.2.        SARAN
30
Di harapkan unuk para mahasiswa untuk lebih mendalami mengenali pelumasan itu sendiri agar bisa lebih bermanfaat bagi pengaplikasian di dunia perkapalan dan diharapakan makalah ini lebih dipahami.
DAFTAR PUSTAKA

Bp3ip, 2007/2008, PERMESINAN BANTU, Makassar : PIP MAKASSAR
Ir. Suharto Manajemen Perawatan Mesin, Jakarta : PT. Rineka cipta
Maanen,P.Van, Motor Diesel Kapal Jilid 1. Nautech.
Maleev, M.E.,DR.AM, V.L Operasi dan Pemeliharaan Motor Diesel.
PIP-MKS, 2004, PEDOMAN PENULISAN SKRIPSI, MAKASSAR. Tim PIP
DAFTAR REFERENSI DARI MEDIA INTERNET
·         http.www.geogle.co.id.lubricating oil cooler
·         http.www.geogle.co.id.sea water pump
·         http://Wikipedia.org/wiki/temperature
31
 

0 komentar:

Posting Komentar